Minggu, 02 November 2008

Berlibur ke desa


Hari ini aku dan abah berencana untuk berlibur ke desa asal abahku. Kali ini aku ingin mencoba naik bis! Sepertinya mengasyikan! Desa tempat kelahiran abah terletak di kaki gunung Cikuray, tepatnya Desa Barusuda Cikajang Kabupaten Garut.

Kami naik bis kota ke terminal Cicaheum. Sampai di sana, barulah kami memulai perjalanan ke Kota Garut dengan bis. Sepanjang jalan aku tertidur, karena memang perjalanannya cukup panjang. Dari terminal bis Kota Garut, kami masih harus naik angkutan pedesaan menuju Garut selatan. Tapi kali ini aku tidak mengantuk karena sudah tidak sabar ingin cepat sampai. Sepanjang perjalanan pemandangan sangat indah. Pertama aku melihat hamparan sawah yang sangat luas, lama-lama pemandangan sawah itu berganti dengan kebun teh yang hijau dan kebun sayuran yang menyegarkan mata, udara juga mulai terasa dingin. Abah bilang, di daerahnya tidak ada sawah, karena terletak di dataran tinggi dan udaranya dingin.

Akhirnya sampailah kami ketujuan, tapi untuk sampai ke rumah nenek (aku biasa memanggil emak) kami harus naik motor ojek, karena dari jalan raya ke rumah emak cukup jauh kalau harus jalan kaki. Jalannya naik turun dan banyak tikungan. Sampai di rumah emak, kami disambut keluarga abah. “Eh, gening si eneng! Sok lebet, ..!” ajak Bi Euis. Kami masuk ke rumah emak, di atas meja tampak berbagai macam kue tersedia. Hem…ada opak, kelontong paris, ali agrem, bugis, asinan terong juga singkong dan ubi kukus. “sok atuh mangga di tuang! Cobian geura manisan terongna, seger neng!” ujar Bi Euis. “Eh, aya si eneng gening! Iraha dongkap?” emak keluar dari dapur. Aku menyalami tangan dan mencium kedua pipinya. “Nembe mak, tadi ti Bandungna enjing-enjing” jawabku dengan Bahasa Sunda yang tak lancar. “Oh, sok atuh dileueut saaya-aya. Ke emak ka pawon heulanya!” emak menyuruhku mencoba kue yang ada di meja. Tentu saja aku sangat senang, karena semua makanan itu kesukaanku. Aku dan abah beristirahat sambil menikmati kue dan teh manis yang hangat.

Sorenya aku bermain dengan saudaraku dan beberapa anak tetangga emak. Kami bermain kucing-kucingan dan galah sodor di samping rumah emak yang luas, dan dipagari pohon pisang, lengkeng dan jambu batu merah. Beberapa anak memanjat pohon jambu yang sedang berbuah lebat, lalu melemparkannya ke bawah. “Kadieu, ragragkeun! Karunya si eneng can kabagian!” teriak A Deden. Jambu merahnya manis dan enak rasanya. Setelah cape bermain, emak dan Bi Euis memanggil kami untuk makan. Kamipun masuk ke dalam rumah. Di tengah rumah Bi Euis menggelar tikar yang besar, di tengahnya berjejer rapih lauk dan nasi panas. Wah,..perutku langsung terasa lapar! Ada goreng ikan mas, goreng ayam kampung, goreng asin sepat, tahu, tempe, sambal lalab dan yang paling kusuka adalah tumis waluh! Hem…sedap! Aku makan dengan lahap. Rasanya nikmat sekali, apalagi makannya rame-rame. “Sok neng, tambih deui! Tah tumis waluhna seepkeun!” kata Bi Euis. “Sok atuh kadinya, tambih deui! Tah, goreng asin sepatna raos geura meni garing!” sambung emak. Ih, emak tau aja, emang enak makan tumis waluh sama goreng asin sepat yang kering!.....wah, bisa tiga piring nih! Abah juga tampak lahap makan ikan mas goreng ditambah sambal tomat hijau dengan lalap tespong.

Malam itu kami tidur dengan nyenyak. Paginya aku, abah dan beberapa saudaraku berjalan-jalan ke arah kaki Gunung Cikuray. Embun masih menyelimuti desa seperti hujan gerimis. Kami berjalan menapaki jalan yang menanjak sambil bercanda. Sepanjang jalan di kiri dan kanan, tampak kebun sayuran yang hijau dan segar. Ada kebun wortel, tomat, buncis, kentang, sawi dan masih banyak lagi. Di sini juga banyak terdapat sungai-sungai yang berair jernih. Sesekali kami beristirahat di pinggir sungai sambil membuka nasi timbel buatan emak.

Tak terasa ini hari terakhir aku di desa, abah mengajak kami naik delman keliling perkebunan teh Griawas. Wah, di sinipun pemandangannya sangat indah, sejauh mata memandang hamparan kebun teh menyegarkan mata. Akhirnya siang itu kami berpamitan. Aku sedih sekali karena masih betah dan nyaman dengan suasana desa. Tapi gimana lagi, aku kan harus sekolah, dan abah berjanji liburan kenaikkan kelas nanti kami akan berlibur ke sini. Desaku tersayang, tunggu aku! Aku pasti akan datang lagi!

Tidak ada komentar: